BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif dengan pendekatan penelitian tindakan kelas. Metode
yang digunakan pada penelitian ini adalah classroomaction research atau
penelitian tindakan kelas. Menurut Sri Rahayu Pudjiastuti menyatakan bahwa “classroom
action research” atau penelitian tindakan kelas adalah cara baru bagi
guru untuk secara sistematik meneliti proses belajar mengajar mereka sendiri.[1]
Pada prinsipnya penelitian tindakan kelas ini dimaksudkan untuk mengatasi suatu
permasalahan dan dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan tersebut, adapun
langkah-langkah atau tindakkan yang akan dilakukan dalam penelitian ini memiliki empat
tahap yang mengikuti rumusan yang telah dirumuskan oleh Lewin Kemmis dan MC
Taggar pada tahun 1992, yaitu Planning (rencana), Action
(tindakan), Observation (pengamatan) dan Reflection (refleksi).
1. Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action
Research merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Ide
tentang penelitian tindakan ini pertama kali dikembangkan oleh ahli psikologi
Amerika Serikat yakni Kurt Lewin pada tahun 1946, yang
selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Tsnggsrt, John Elliot,
Dave Ebbutt dan lainnya.[2]
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindalan
(action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian
tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset tindakan tindakan” yang
dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu
terpecahkan. Agar anda lebih memahami PTK, berikut dikemukakan beberapa
definisi:
Menurut
Hopkins (1993), PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian
dengan tindakan subtantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin
inqiuri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi,
sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.[3]
Menurut
Rapoport yang dikutip oleh Hopkins mendefinisikan penelitian tindakan kelas
adalah penelitian untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis
persolaan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan
ilmu social dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.[4]
Menurut Kemmis
(1983), PTK adalah sebuah bentuk inqiuri reflektif yang dilakukan secara
kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan). Ebbut (1985),
PTK adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan peraktek
pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam
pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan
–tindakan tersebut.Elliott (1991), PTK adalah kajian dari sebuah situasi social
dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi social
tersebut.Arikunto (2006), PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersamaan. Kunandar (2008), PTK merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang
bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di
kelasnya.[5]
PTK termasuk
penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat
kuantitatif.PTK berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji
hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general).PTK lebih bertujuan
untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.
Namun demikian hasil PTK dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai
latar yang mirip dengan yang dimiliki peneliti.[6]
Berdasarkan
definisi penelitian tindakan yang diberikan oleh beberapa pakar di atas, dapat
dirumuskan pengertian PTK adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan
yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara singkat PTK dapat didefinisikan
sebagai suatu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar
siswa meningkat.[7]
Jadi dalam
penelitian tindakan kelas ada tiga unsur
atau konsep, yakni :
a.
Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek
tertentu melalui metode ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis
untuk menyelesaikan suatu masalah.
b.
Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar.
c.
Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.[8]
2. Tahap-Tahap
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian
tindakan kelas ini memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin Kemmis dan
MC Taggar pada tahun 1992 yaitu Planning (rencana), Action
(tindakan), Observation (pengamatan) dan Reflection (refleksi).
Untuk lebih memperjelas mari kita perhatikan tahapan-tahapan berikut:
a.
Planning (Rencana)
Rencana merupakan tahapan awal yang harus
dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut
berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak
terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat menguasai hambatan.
Dengan perencanaan yang baik seorang praktisi akan lebih muda untuk mengatasi
kesulitan dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih
efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, partisipan harus bekerja sama dalam
diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa dalam menganalisis dan
memperbaiki pengertian maupun tindakan mereka dalam situasi tertentu.
Adapun
perencanaan dalam penelitian ini antara lain:
1)
Jadwal Penelitian
2)
Pembuatan instrumen.
3)
Pemilihan kolaborator.
b.
Action (Tindakan)
Tindakan ini merupakan penerapan dari
perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa suatu penerapan model
pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan
model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka
yang terlibat langsung dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya
juga akan dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
Adapun tindakan
dalam penelitian ini antara lain:
1)
Mengamati proses belajar mengajar.
2)
Memberikan penugasan.
3)
Pengerjaan penugasan.
4)
Pengumpulan hasil tindakan.
c.
Observation (Pengamatan)
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan
mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam
kelas.Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga
pengamatan yang dilakukan dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam
pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari
tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul.
Adapun
observasi dalam penelitian ini antara lain:
1)
Analisis kegiatan tindakan.
2)
Analisis hasil tindakan.
d.
Reflection (Refleksi)
Releksi disini
antara lain:
1)
Menganalisis hasil tindakan.
2)
Menyimpulkan hasil tindkan.
3)
Menentukan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan pertama.
4)
Mencari solusi pemecahan masalah dalam tindakan awal.
5)
Melanjutkan dan merencanakan siklus berikutnya.
Dengan
demikian, penelitian tindakan kelas ini
dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi
membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (Class Room Action Research) yaitu suatu kegiatan ilmiah
yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan merancang,
melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus
secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu proses pembelajaran
kelasnya.[9]
pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, walaupun
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, namun menelitian ini juga
didukung dengan data yang berupa kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan secara kolaborasi antara pendidik dan peneliti dalam meningkatkan
aktivitas belajar peserta didik dengan menggunakan
metode pembelajaran demonstrasi dengan media audio visual.
C. Kehadiran
Peneliti
Penelitian ini sebenarnya telah saya mulai pada tanggal 14 November 2013,
pada saat saya melakukan PPL bersama teman teman. Pada saat melakukan PPL saya sekaligus
melakukan observasi baik kepada guru maupun siswa, namun sebelum saya melakukan
observasi saya meminta izin dulu kepada kepala sekolah sekaligus perkenalan.
Dalam waktu ini saya bukan hanya perkenalan dengan guru dan siswa namun
saya juga mewawan carai mereka sekaligus meminta beberapa data, baik data yang
berhubungan dengan proses belajar mengajar maupun lembaga, yakni data yang
berkaitan dengan penelitian yang saya lakukan.
D. Setting
Penelitian
Penelitian tindakan
kelas ini sebenarnya telah dimulai pada tanggal 11 November 2013, di tempat
peneliti melaksanakan PPL yakni tepatnya di MA Raudlatul Ulum II Putukrejo. Pelaksanaan
tindakan yang dilakukan dengan mengikuti jadwal kegiatan dan instrument yang
sudah disusun sebelumnya oleh peneliti pada tiap pelaksanaanya.
Adapun ruang lingkup
dalam penelitian ini hanya terbatas pada kelas XB MA Raudlatul Ulum II
Putukreju. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian itu dilaksanakan. Adapun jadwal penelitian yang telah dilaksanakan
ini sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
NO
|
Agenda
|
November 2013
|
Desember 2014
|
||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
1.
|
Permohonan izin ke sekolah
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Observasi kondisi kelas
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Perencanaan
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Tindakan (siklus I)
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
5.
|
Observasi I
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
6.
|
Refleksi I
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
7.
|
Perencanaan
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
8.
|
Tindakan (siklus II)
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
9.
|
Observasi II
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
10.
|
Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
11.
|
Penyusunan laporan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
E. Sumber
Data
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di MA Raudlatul ulum II yang berfokus pada
kelas XB dengan materi tata cara pengurusan jenazah. Oleh karena lingkup
penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka teknik pengumpulan sampelnya
menggunakan cara purposive, dimana peneliti memakai berbagai pertimbangan,
yaitu berdasarkan konsep teori yang digunakan, serta keingintahuan dari pada
penelitian tentang karakteristik pribadi dari obyek yang diteliti,
Adapun yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini adalah :
1. Informan,
yaitu objek dari penelitian atau siswa
yang akan diteliti, adapun jumlah objek yang akan diteliti sebanyak 21 orang
yaitu Kelas XB MA Raudlatul Ulum IIPutukrejo, selanjutnya
informan tersebut dibagi 2 siklus untuk membandinkan penelitian tersebut satu
sama lainnya.
2. Key informan yaitu seseorang yang melakukan penelitian atau yang
membantu dalam penelitian tersebut dalam hal ini yaitu guru sebanyak 2 (dua)
orang guru yang membantu dalam penelitian ini, seorang guru memperaktekkan
metode demonstrasi dengan media audio visual dan yang satunya lagi mengawasi
siswa agar penelitian yang dilaksanakan di MA Raudlatul Ulum II Putukrejo Kelas
XB dapat berhasil.
F. Tehnik
Pengumpulan Data
Untuk
mengumpulkan data yang akurat dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
beberapa teknik yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan hal
itu dilakukan berulang-ulang sehingga mendapat nilai yang baik karena
kebiasaannya.
1. Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan
sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior.
Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario
pembelajaran, pengadaan alat – alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain
yang terkait bdengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Disamping itu juga diuraikan alternative-alternative solusi yang akan dicobakan
dalam rangka perbaikan masalah. Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK
juga dikemukakan pada bagian ini.
2. Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang
akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang
akan diterapkan.
3. Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang
prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari
implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
4. Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur
analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan
dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan
serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dikelompokkan dalam dua siklus:
1. Siklus
I
Pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dengan media audio visual
dalam siklus I ini terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi.
a.
Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan
kegiatan yang dilakukan meliputi:
1) Menyusun
program rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dipersiapkan (terlampir).
2) Menyiapkan
materi pembelajaran (terlampir).
3) Menyiapkan
lembar kerja siswa (terlampir).
4) Menyiapkan
perangkat tes (terlampir)
b. Tahap
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan
pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan
dengan apa yang sudah ditulis dalam persiapan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah dibuat sebelumnya (terlampir).
c.
Tahap Observasi
Pada tahap observasi dalam siklus ini
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung hasil pertemuan
dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam dua kali pertemuan selama (4 x
45 menit). Observasi yang dilakukan meliputi antusias belajar peserta didik dan
keterampilan guru dalam menerapkan metode demonstrasi dengan media audio visual
dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan bersamaan dengan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh guru bidang studi
yang sama di sekolah yang sama.
d.
Tahap Refleksi
Dalam
tahapan ini, hasil pengamatan dalam observasi didiskusikan sebagai bahan
refleksi untuk rencana tindakan pada siklus kedua. Proses pembelajaran
dikatakan baik dan berhasil jika frekuensi jumlah peserta didik yang mampu
memahami soal yang diujikan telah mencapai 80% dari jumlah peserta didik
keseluruhan. Jika peneliti belum mencapai kriteria 80% maka peneliti masuk ke
dalam siklus II.
2. Siklus
II
Dalam siklus II ini
kegiatan penelitian masih tetap terdiri dari empat kegiatan tindakan inti yaitu
meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, kegiatan observasi, dan
kegiatan reflaksi.
a. Tahapan
Perencanaan
1) Perencanaan
siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi dari siklus I.
b. Tahap
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan tindakan yang dilakukan disesuaikan
dengan hasil dan permasalahan pada siklus I yang dialami peserta didik maupun
pendidik.Diharapkan pada siklus II permasalahan tersebut dapat diminimalisir.
c. Tahap
Observasi
Pada observasi tindakan siklus II dilakukan oleh peneliti dan dibantu
oleh teman PPL yang memberikan meteri tata cara pengurusan jenazah dengan media
audio visual serta dipandu oleh guru bidang studi fiqih.
d. Tahap
Refleksi
Dalam tahap ini, hasil pengamatan dalam siklus II didiskusikan oleh
peneliti dengan pemberi materi pengajaran tata cara pengurusan jenazah pada
siswa kelas XB MA Raudlatul Ulum II Putukrejo tentang kekurangan dan kelebihan
metode yang telah dilaksanakan.
G.
Teknik Analisis Data
Teknik
analisis dan penafsiran data dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah
yang direkomendasikan, seperti dikutip oleh Tellis yang menyatakan bahwa analisis data dilakukan
dengan penelaahan, kategorisasi, melakukan tabulasi data dan atau
mengkombinasikan bukti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Prosedur ini
senada dengan prosedur yang direkomendasikan, bahwa proses analisis data
dimulai dengan:
1. Menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, dalam hal ini adalah dari
hasil wawancara, observasi, maupun analisis dokumen.
2. Setelah
ditelaah maka langkah selanjutnya adalah mengadakan apa yang dinamakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan
membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan kunci yang perlu
dijaga agar tetap berada didalamnya.
3. Langkah
berikutnya adalah menyusunnya kedalam satuan-satuan untuk kemudian
dikategorisasikan.
4. Diakhiri
dengan penafsiran data atau kesimpulan.
Data
yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil evaluasi, tugas, nilai ulangan
harian, juga melihat dari keaktifan peserta didik, yaitu penerapan metode demonstrasi
dengan audio visual dalam materi pembelajaran tata cara pengurusan jenazah ini
agar dapat diketahui bagaimana metode ini dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Untuk
melihat keterampilan pendidik dalam menerapkan metode, peneliti melakukan
observasi langsung di dalam kelas dan mengamati guru yang sedang menyampaikan
materi pelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dengan media audio
visual.Peneliti juga mengamati bagaimana kekurangan, kelebihan, dan peningkatan
pembelajaran khususnya pemahaman siswa ketika metode demonstrasi dengan media
ini diterapkan. Pengamatan ini mulai dari siklus I sampai pertemuan di siklus
II.Setelah itu direkapitulasi dengan menggunakan penilaian presentasi.
Untuk
menilai pemahaman peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan,
peneliti menggunakan indicator penilaian yang dipakai acuan untuk memberikan
skor penilaian pemahaman terhadap kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam
pembelajaran.Dalam menilai pemahaman peserta didik, peneliti dibantu oleh guru PPL
dari Al-qolam dan guru bidang studi fiqih, yakni bapak nur hafid di sekolah
tersebut. Penilaian hasil pemahaman dapat dilihat dari hasil pembelajaran yang
di sampaikan guru pada siswa, hasil tersebut diperoleh dari siklus I dan II kemudian disimpulkan.
Adapun Indikator penilaian tersebut sebagai berikut:
1. Indikator
Penilaian Pemahaman Peserta Didik
Dalam
indikator ini ada 5 aspek yang dinilai dan dalam setiap aspek ditetapkan
penilaian sekor maksimal 20 sehingga jumlah sekor maksimal pemahaman peserta didik
adalah 100. Adapun perincianya sebagai berikut:
a. Peserta
didik yang sangat faham dalam kegiatan pembelajaran diberi sekor 20.
b. Peserta
didik yang faham dalam kegiatan pembelajaran diberi sekor 15.
c. Peserta
didik yang cukup faham dalam kegiatan pembelajaran diberi sekor 10.
d. Peserta
didik yang tidak faham dalam kegiatan pembelajaran diberi sekor 5.
Tabel
3.2. Indikator Penilaian Pemahaman Peserta Didik
No
|
Aspek
pemahaman
|
SP
|
P
|
CP
|
KP
|
TP
|
1
|
Memperaktekkan
|
|
|
|
|
|
2
|
Melafatkan
|
|
|
|
|
|
3
|
Menjelaskan
|
|
|
|
|
|
4
|
Menjawab pertanyaan guru
|
|
|
|
|
|
5
|
Mengajukan pertanyaan kepada
guru
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
SP = Sangat Paham.
P = Paham.
CP
= Cukup Paham.
KP
= Kurang Paham.
TP
= Tidak Paham.
2. Interval
Sekor Pemahaman Peserta Didik
Untuk
menganalisis tingkat keberhasilan dan persentase keberhasilan pemahaman siswa
dalam proses tindakan dengan menggunakan metode demonstrasi dengan audio
visual, pada tiap putaran siklus peneliti memberikan penugasan. Tugas yang
diberikan kepada peserta didik dianalisis dari faktor berikut.
a. Peraktek
siswa.
b. Pelafatan
siswa ketika memperaktekkan.
c. Keterampilan
siswa dalam menjelaskan.
d. Jawaban
siswa pada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara lisan.
e. Jawaban
siswa pada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan siswa yang lain secara lisan.
Skor
penilaian pemahaman peserta didik pada materi yang telah diberikan oleh guru
diambil dari aspek penilaian pemahaman yang kemudian dijimlah, sekor yang
diberikan bersekala 25-100.
Tabel 3.3. Interval
Sekor Pemahaman Peserta Didik
No
|
Interval
Sekor
|
Kategori
|
1
|
85-100
|
Sangat paham
|
2
|
75-85
|
Paham
|
3
|
65-75
|
Cukup paham
|
4
|
55-65
|
Kurang paham
|
5
|
0-55
|
Tidak paham
|
3. Indikator
Demonstrasi Siswa
Dalam
indikator ini ada 5 aspek yang dinilai dan dalam setiap aspek ditetapkan
penilaian sekor maksimal 20 sehingga jumlah sekor maksimal demonstrasi peserta
didik ketika mendemonstrasikan adalah 100. Adapun perincianya sebagai berikut:
a. Peserta
didik yang sangat baik ketika mendemonstrasikan diberi sekor 20.
b. Peserta
didik yang baik ketika mendemonstrasikan diberi sekor 15.
c. Peserta
didik yang cukup baik ketika mendemonstrasikan diberi sekor 10.
d. Peserta
didik yang tidak baik ketika mendemonstrasikan diberi sekor 5.
Tabe
3.4. Indikator Demonstrasi Siswa
No
|
Aspek
pemahaman
|
SB
|
B
|
CB
|
KB
|
TB
|
1
|
Kesesuaian peraktek siswa
dengan materi
|
|
|
|
|
|
2
|
Ketelitian siswa
|
|
|
|
|
|
3
|
Bacaan siswa
|
|
|
|
|
|
4
|
Gerakan siswa
|
|
|
|
|
|
5
|
Penjelasan/penjabaran siswa
saat peraktek
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
SB = Sangat Baik.
B = Baik.
CB
= Cukup Baik.
KB
= Kurang Baik.
TB
= Tidak Baik.
4. Interval
Sekor Demonstrasi Peserta Didik
Untuk
menganalisis tingkat keberhasilan dan persentase keberhasilan siswa dalam
proses tindakan dengan menggunakan metode demonstrai, maka siswa dievaluasi
dengan cara mendemonstrasikan materi yang telah disampaikan guru. Tugas
demonstrasi yang diberikan kepada peserta didik dianalisis dari faktor berikut.
a. Urutan
materi yang diperaktekkan siswa.
b. Ketelitian
siswa.
c. Bacaan/pelafatan
siswa.
d. Gerakan
siswa.
e. Penjelasan/penjabaran
siswa saat peraktek.
Skor
penilaian kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan materi yang telah
diberikan oleh guru diambil dari aspek penilaian yang kemudian dijumlahkan,
sekor yang diberikan bersekala 25-100.
Tabel
3.5. Interval Sekor Demonstrasi Peserta Didik
No
|
Interval
Sekor
|
Kategori
|
1
|
85-100
|
Sangat baik
|
2
|
75-85
|
Baik
|
3
|
65-75
|
Cukup baik
|
4
|
55-65
|
Kurang baik
|
5
|
0-55
|
Tidak baik
|
5. Indikator
dan Interval Tes Tulis Siswa
Dalam
tes ini siswa diberi dua macam soal, yaitu soal pilihan ganda yang berjumlah10
soal, dan soal isai yang berjumlah lima soal. Adapun perincianya sebagai
berikut:
Soal
pilihan ganda:
a. Benar
nilainya : 10
b. Salah
nilainya : 0
Soal
isai:
a. Benar
nilainya : 20
b. Setengah
benar nilainya : 10
c. Salah
nilainya : 5
d. Tidak
diisi nilainya : 0
Untuk
mengetahui hasil pembelajaran siswa yang dilakukan di dalam kelas dengan
penerapan metode demonstrasi, maka hasil nilai indikator/interval diatas
dijumlah kemudian dibagi jumlah indikator/interval tersebut.
Untuk
mengetahui persentase ketuntasan pembelajaran dikelas pada siklus I dan II maka
dihitung dengan rumus:
∑ P
K = X 100 %
∑ Q
K = Persentase ketuntasan belajar peserta
didik.
∑
P = Jumlah peserta didik yang tuntas.
∑
Q = Jumlah peserta didik di kelas.
Peserta
didik di kelas dianggap tuntas jika 75% dari jumlah peserta didik yang ada
dapat mencapai ketuntasan belajar. Artinya komunitas peserta didik di kelas
dianggap tuntas dalam memahami pembelajaran yang diberikan jika 75% dari 21
jumlah peserta didik di kelas mampu mencapai nilai ketuntasan pembelajaran
yakni 75.
H. Tehnik
Kalibrasi Keabsahan Data
Menurut Winston, studi kasus
merupakan strategi penelitian yang bersifat triangulasi”.[10]
Triangulasi tersebut meliputi triangulasi data, penyelidik, teori, dan
metodologi. Oleh karenanya, pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara triangulasi. Pemeriksaan
keabsahan data lain, seperti yang direkomendasikan oleh Moleong, dilakukan
dengan cara: 1) uraian rinci, 2) kecukupan referensial dan 3) auditing.[11]
I.
Prosedur PTK
Dari Metode dan teknik penggalian data di atas maka
prosedur penelitian ini dapat saya uraikan sebagai berikut
RA ® PL ® RM ® PT ® T1 ® O1 ® R1 ® PU® …
Keterangan:
RA : Refleksi Awal PT: Perencanaan
Tindakan R1: Refleksi Pertama
PL : Pengenalan Lapangan T1: Tindakan Pertama PU:
Perencanaan Ulang
RM: Rumusan Masalah O1: Observasi Pertama … : T2, O2, R2, dst
Berikut ini disajikan penjelasan singkat tentang
prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) di atas sebagai berikut:
1.
Refleksi Awal
PTK dimulai dari kesadaran akan adanya masalah di dalam kelas, tepatnya
di kelas XB, MA Raudlatul ulum II Putukrejo yang merupakan hasil refleksi awal
(oleh guru/peneliti) atas apa yang terjadi selama periode tertentu. Masalah tersebut pada dasarnya
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu masalah pembelajaran (learning) dan masalah pengelolaan
kelas (class management). Kategori pertama berkenaan
dengan masalah belajar, seperti pemahaman konsep yang kurang tepat, kesalahan
strategi belajar kesulitan memahami
materi dan memperaktekkan materi yang telah disampaikan. Kategori kedua berkaitan
dengan masalah perilaku siswa, seperti sering terlambat hadir dalam kelas,
sikap pasif di dalam kelas, sikap agresif terhadap guru, sering mengantuk,
membuat kegaduhan dalam kelas, sering membolos, menyontek ketika ujian, dan
sering tidak menyelesaikan tugas tepat pada waktunya (Turney, 1992).
2.
Pengenalan Lapangan
Untuk mengetahui bagaimana kondisi dari objek penelitian, maka sebagai langkah
awal saya mengunjungi tempat yang saya akan teliti, yakni di MA Raudlatul Ulum
II Putukreju, dalam pengenalan lapangan ini saya menemui kepala MA, setaf-setaf
dan siswanya sekaligus saya meminta izin untuk meneliti di lembaga ini. Dalam pengenalan lapangan ini selain untuk
mengetahui kondisi di tempat penelitian, sekaligus saya melakukan observasi dan
wawan cara baik kepada guru-guru maupun siswa.
3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis masalah pada observasi dilapangan saya merumuskan
permasalahan-permasalahan yang saya temui di lapangan. Maslah yang saya temui
di lapangan ini saya uraikan secara jelas disertai dengan penyebabnya. Dengan
adanya uraian masalah yang jelas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini saya
melakukan mengamati kembali dan sekaligus mencoba setrategi pembelajaran dengan
dibantu guru untuk mengatasi problem atau masalah dalam belajar mengajar
dikelas XB MA Raudlatul Ulum II Putukrejo.
4.
Tindakan pertama
Tahap ini pada hakekatnya adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
telah saya kembangkan pada tahap sebelumnya.
Namun demikian, perencanaan
penelitian di kelas Xb MA Raudlatul Ulum II putukrejo ini terlihat sederhana. Hal itu karena kenyataan di
lapangan seringkali jauh lebih kompleks daripada apa yang ada dalam pikiran saya ketika saya membuat rencana tindakan. Adapun tindakan awal ini adalah mengenal guru dan siswa dan mengamati
proses belajar mengajar serta melakukan wawan cara baik terhadap guru maupun
siswa.
5.
Observasi pertama
Langkah selanjutnya adalah melakukan monitoring terhadap efek tindakan,
yaitu apakah tindakan yang diambil menghasilkan dampak seperti yang diharapkan
atau tidak. Teknik-teknik monitoring yang saya gunakan untuk mengumpulkan data sama seperti yang telah dipaparkan pada langkah
kedua di atas (pengenalan lapangan). Dalam observasi ini saya mengamati
penyampaian materi yang disampaikan guru kepada siswa dengan metode
pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya, yakni metode demonstrasi dan
media pembelajaran audio visual pada materi tata cara pengurusan jenazah di
kelas XB MA Raudlatul Ulum II Putukrejo, dalam observasi ini saya bukan hanya
mengamati namun setelah materi pembelajaran saya dengan guru memberikan tes
kepada siswa baik yang berupa tes tulis, lisan, maupun tes yang berupa
peraktek.
6.
Refleksi Pertama
Refleksi dalam penelitiam tindakan (kelas) ini adalah kegiatan mengkaji
apa yang telah terjadi di dalam kelas (effects) sebagai akibat dari
diberlakukannya tindakan oleh peneliti. Langkah ini pada dasarnya adalah kegiatan
menjelaskan keberhasilan atau kegagalan tindakan. Sebagaimana dikemukakan di atas, rencana
tindakan yang telah dikembangkan secara matang tidak selalu dapat
diimplementasikan dengan baik. Hal itu karena fenomena di lapangan sangat
kompleks dan seringkali sulit diprediksi. Oleh karena itu tugas saya adalah mengidentifikasi sisi-sisi tindakan mana
yang berhasil dan sisi-sisi tindakan mana yang kurang berhasil seraya mencari
penjelasan tentang masalah itu. Informasi yang saya dapatkan dari guru dan siswa sangat penting sebagai dasar
untuk melakukan perencanaan ulang pada siklus selanjutnya.
7.
Perencanaan Ulang
Seperti tersirat dalam uraian di atas, refleksi
merupakan langkah akhir dari suatu siklus dalam penelitian tindakan (kelas).
Berdasarkan hasil refleksi tersebut saya dapat mengakhiri penelitian atau
melangkah ke siklus selanjutnya, namun dalam penelitian ini saya rasa siklus
pertama masih kurang memuaskan, karena kurang maksimal dalam pelaksanaanya dan
hasilnya pun kurang memuaskan, maka saya melakukan siklus kedua dengan dibantu
guru.
J.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini
kedudukan peneliti sebagai peneliti murni dengan dibantu oleh guru PPL,
peneliti membuat perencanaan, mengumpulkan data, menganalisis, menafsirkan data,
dan menyimpulkan hasil penelitian ini.
Pengertian instrumen
adalah alat penelitian karena ia merupakan segalanya dari proses penelitian.[12]Namun
yang dimaksud instrument penelitian di sini adalah alat untuk mengumpulkan data
seperti media pembelajaran dan tes. Adapun instrument dalam penelitian ini
antara lain:
1. Media
Audio Visual
Media Audio Visual adalah media
pembelajaran yang di dalamnya ada unsure gambar suara dan gerak, yakni berupa
leptop dan LCD. Instrumen ini membantu guru dan peneliti dalam peruses belajar
mengajar dengan metode yang telah dianjurkan oleh peneliti sendiri. Leptop dan
LCD di sini merupakan instrument yang di dalamnya telah di isi materi
pembelajaran sehingga dapat menampilkan materi sekaligus vidionya (contoh yang
berupa tayangan video), dengan adanya instrument ini dapat mempermudah guru
untuk menyampaikan pelajaran, mempermudah murid untuk memahami materi yang
diberikan guru sehingga murid dapat memperaktekkanya, dan mempermudah peneliti
untuk mengamati proses belajar mengajar.
2. Lembar
Kegiatan Peserta Didik (terlampir)
Buku pegangan peserta
didik diberikan dan dipergunakan sebagai panduan untuk mendemonstarsikan materi
yang telah disampaikan oleh guru, sehingga lebih memudahkan peserta didik dalam
memahami materi yang disampaikan guru.
3. Tes
Istilah tes
diambil dari kata testum.Sutu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia.Ada pula yang mengartikan sebagai
sebuah piring yang dibuat dari tanah.[13]
Tes sebelum adanya
ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis dengan test. Tes adalah
alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.[14]
Tes pada umumnya
digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil belajar
kognetif.Dalam penelitian ini tes yang dipergunakan bukan hanya berupa tes
lisan atau tulis namun juga para siswa dites untuk memperaktekkan materi yang
telah disampaikan oleh guru.(Soal tes tulis terlampir).
Melalui kegiatan penilaian atau tes dapat diketahui tingkat
keberhasilan proses pengajaran yang dilakukan. Bila berhasil guru dapat
melanjutkan bahan pelajaran berikutnya pada pertemuan yang akan datang. Bila
belum berhasil sebaiknya bahan telah dikuasai dengan baik biasanya bila angka
rata-rata prestasi murid sebesar paling kurang 75 dan tidak ada siswa yang
memperoleh nilai di bawah 60.[15]
Dalam penelitian ini tes berfungsi untuk mengetahui sejauh mana murid
memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan metode
demonstrasi dengan media audio visual.
4. Metode
Observasi
Observasi dalam
penelitian ini hanya beruopa observasi aktivitas kelas, yaitu suatu pengamatan
langsung terhadap peserta didik dengan memperhatikan tingkah lakunya dalam
proses belajar mengajar dan penerapan metode demonstrasi dengan media audio
visual yang diterapkan oleh guru. Sehingga peneliti memperoleh gambaran suasana
kelas dan peneliti dapat melihat secara langsung tingkah laku peserta didik,
kerja sama serta komunikasi antara peserta didik saat proses belajar mengajar
berlangsung.
Terkait dengan
penelitian ini, maka observasi disini maksudnya adalah adalah observasi
aktivitas kelas yang dilaksanakan oleh peneliti dan peserta didik yang diteliti
ketika peneliti mengamati proses belajar mengajar di dalam kelas. Observasi
yang dilakukan peneliti secara langsung ini untuk mendapatkan data secara
kongrit.
K.
Indikator Kinerja
Sebagai tolak
ukurnya penelitian ini yang dilaksanakan selama kurang lebih 5 kali pertemuan
pada saat proses belajar mengajar dengan observasi dan wawancara di dalam
kelas, sudah cukup untuk menilai apakah penggunaan metode pembelajaran
demonstrasi dalam pembelajaran fiqih materi tata cara pengurusan jenazah kelas
XB MA Raudlatul Ulum II Putukrejo tahun pelajaran 2013/2014 dapat meningkatkan
pemahaman siswa. Hal tersebut dapat kita lihat dari catatan pada lembar
observasi prilaku peserta didik saat proses belajar mengajar, nilai tugas dan
ulangan harian.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. (2005). Al-Qura’an dan Terjemahannya. Jakarta:
Al-Huda.
Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20
tahun ( 2003). SistemPendidikan
Nasional. Jakarta.
Tim KBB (1996). “Kongres Budaya dan Bahasa Indonesia”. Makalah.
Jakarta.
Drs. Djamarah,SyaifulBahri, Aswan Zain (2006). “StrategiBelajarMengajar”. Jakarta: PT
RinekaCipta.
Susilofy
(18Februari 2011). ”penerapan metode demonstrasi
dengan media benda asli untuk meningkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan alam siswa
kelas v semester I”. http://susilofy.wordpress.com.
Prof.
Dr. Ramayulis (2005). “Metodologi
Pendidikan Agama Islam”. Jakarta: Kalam Mulia.
Dr.
Tafsir, Ahmad (2013). “MetodologiPengajaran
Agama Islam”. Bandung: PT Remaja Rosdakarnya Offset.
Dra.
N.K, Roestiyah (2008). “Strategi Belajar
Mengajar”. Jakarta: Rineka cipta.
Adi D (2001). “kamus bahasa istilah”. Ttp: FajarMulia.
YS Chaniago, Amran (2002). “Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia”. Bandung: Pustaka Setia.
Arikunto, Suharsimi (2009). “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ahmad
Warson Munawwir. (1997) “Kamus Al-Munawwir”. Surabaya: Pustaka
Progressif.
Imam
an-Nawawi. (tt). “ al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab”. Semarang. Toha Purta.
Umar
Abdul jabbar. (tt). “Mabadi’ul Fiqhiyah”.
Juz 4. Semarang. Toha Purta.
Ghoni
Asyukur, Abd (1989). “Shalat Dan Merawat Jenazah” Bandung: Sayyidah.
Pudjiastuti, Sri Rahayu (2006). “Metodologi Penelitian’. Jakarta: STKIP Press.
Kunandar
(2011). “Langkah Mudah Penelitian Tindakan
Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru”. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Winston,
Tellis (2001). “Introduction to Case
Study”. Ttp: the Qualitative Report.
Basyrudin
Usman, M. (2002). “Metodologi Pembelajaran Agama Islam”. Jakarta:
Ciputat Press.
Qasim,
M. Rizal (2000). “Pengamalan Fikih I”. Jakarta: Tiga Serangkai.
Karim,
Abdul (2004). “Petunjuk Merawat
Jenazah Dan Shalat Jenazah”. Jakarta: Amzah.
Trianto (2012).
“Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, Classroom Action
Research,Teoridan Praktik”. Jakarta: Prestasi Pustaka.
M.
Psi, Dr. Ekawarna. “PenelitianTindakanKelas”.
Jakarta: Gaung Persada GP Press.
Suwandi, Basrowidan
(2008). “Prosedur Penelitian Tindakan Kelas”. Bogor :Ghalia Indonesia.
Tulisan ini diposkan
oleh: Najmal Falaq
Tgl./Bulan/Tahun : 10 januwari 2015
Nomer telefon : 081555906438
Imail : najmalfalah@yahoo.co.id
[1]Sri Rahayu
Pudjiastuti, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: STKIP Press:2006)
halaman87.
[2]Trianto, Panduan Lengkap Penelitian
Tindakan Kelas, Classroom Action Research,Teori dan Praktik,(Jakarta:
Prestasi Pustaka,2012), halaman 13-16.
[3]Dr. Ekawarna, M.
Psi. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Gaung Persada GP Press), halaman 4.
[7]Basrowi dan Suwandi,Prosedur
Penelitian Tindakan Kelas,(Bogor :Ghalia Indonesia, 2008), halaman 24-28.
[8]Kunandar, Langkah Mudah Penelitian
Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali
Pers,2011), hal. 44-45.
[9]Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Pengembangan Profesi Guru, PT Rajawali Pers, (Jakarta. 2011),halaman 46.
[10]Tellis, Winston,; “Introduction to Case Study”, the
Qualitative Report, Volume 3, (ttp, 2001), halaman 2.
[11]Moleong, Lexy
J., “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), Bandung, halaman 170 – 187.
[12]Anselm, dkk.Dasar-dasar
penelitian kualitatif (Prosedur, Tehnik dan Teori Grounded), (PT Bina Ilmu,
1997), halaman 11.
[13]Prof. Dr.
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), halaman 66.
[15]Dr.Ahmad Tafsir,
Metodologi Pengajaran Agama Islam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarnya Offset, 2013) halaman 149.
No comments:
Post a Comment