FENOMENA BAROKAH PARA WALI ALLAH
A.
Fenomena
Mencari Barokah
Sudah menjadi budaya masyarakat
jawa, khususnya masyarakat nahdiyin bahwa tujuan mereka mengunjungi makam
kekasih Allah (waliyullah) hanya untuk mengharapkan limpahan barokah yang
diyakini akan mengalir dari do’a para waliyullah tersebut, baik pada wali songo
di jawa maupun para wali lainya, bahkan di zaman sekarang sudah menjadi budaya
tingkat tinggi, yaitu para calon pemimpin Negara, mulai dari calon kepala Desa, kepala Daerah bahkan
sampai calon wakil rakyat, sehingga tidak sedikit dari mereka yang
terang-terangan mengunjungi makam pendiri kerajaan atau daerah masa lalu,
seperti makam joyo boyo di Kediri jawa timur, makam hamagkubuwono di daerah
istimewa jogjakara, makam amangkurat solo jawa tengah dan makam para tokoh
lainya di berbagai daerah. Hal ini dilakukan hanya sekedar untuk meminta
izin supaya keinginanya bisa terkabulkan
lewat limpahan barokah yang mengalir dari do’a mereka. Begitu juga budaya kaum
santri di berbagai daerah, khususnya kaum nahdiyin yang berkunjung ke makam
pendiri pondok pesantren dan keluarga.
B.
Barokah
dan Klasifikasinya
Dari fenomena mencari barokah
seperti itu, maka yang dimaksud dengan istilah barokah adalah ‘berkembang dan
bertambahnya kebaikan dan kehormatan”.[1] Pengertian
ini berdasarkan firman Allah surat maryam: 31 sebagai berikut: Dan Dia
menjadikan aku (Nabi Isa AS) seorang yang diberkai di mana saja aku berada.
Jadi mencari barokah adalah orang
yang mencari tambahan kebaikan tambahan kebaikan dan kehormatan dengan cara
mengunjungi para kekasih Allah supaya limpahan barokah yang diyakini akan
mengalir dari do’a para waliyullah tersebut bisa mengalir kepadanya.
Dari pengertian tersebut, dapat
diambil pemahaman bahwa barokah itu dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Barokah
pada diri seseorang. Hal ini bisa diketahui melalui:
a. Kehidupan
orang yang selalu membawa kesejukan, kedamaikan dan perlindungan terhadap
orang-orang yang memerlukanya.
b. Hati
penduduk yang ada di sekelilingnya merasa senang, sejahtera, bebas dari
ketakutan dan kelaparan dan keadaanya dan makmur.
c. Harta
yang telah diberikan Allah kepadanya itu selalu barokah, artinya membuat
dirinya menjadi tenang, aman dan bahagia, baik diri sendiri, keluarga maupun
masyarakat.
2. Barokah
pada suatu benda. Hal ini bisa dilihat melalui:
a. Benda
atau barang tersebut dapat membuat hati orang menjadi tenang, aman dan bahagia.
b. Masyarakat
merasa tenang dan bahagia, baik untuk pemilik benda atau barang itu sendiri,
keluarga maupun masyarakat yang ada di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.
Ma’shum Zaein, Muhammad, MA. TERYATA AKU ORANG NU?, (Jombang, Darul Hikmah,2008).
Tulisan
ini diposkan oleh: Najmal Falaq
Tgl./Bulan/Tahun : 7 januwari 2015
Nomer
telefon : 081555906438
Imail : najmalfalah@yahoo.co.id
[1]Al-Sakowiy,
Syamsuddin, Al-Qoul Al-Badi’ Fi Al-Sholah Ala Al habib Al-Syafi’,(Kairo,
Maktabah Dar-Al-Qolam Al-Arabiy, tth) hal: 91
No comments:
Post a Comment