CIRI-CIRI RUMAHTANGGA ISLAMI
a. DIDIRIKAN ATAS DASAR IBADAH
Rumah tangga didirikan dalam rangka
ibadah kepada Allah, dari proses pemilihan jodoh, pernikahan (akad nikah,
walimah) sampai membina rumah tangga jauh dari unsur kemaksiatan atau yang tidak
islami. Sebagaimana tugas kita di muka bumi ini yang hanya untuk
mengabdi/beribadah kepada Allah, maka pernikahan ini pun harus diniatkan dalam
rangka tsb. Beberapa contoh yang tidak islami, pemilihan jodoh tidak
berdasarkan Diennya (agamanya), Proses berpacaran, pemilihan hari
"baik" untuk acara pernikahan, sebelum akad nikah ada acara
widodareni atau mandi air kembang dan dalam acara walimahan ada upacara (adat)
injak telur dan buang-buang beras (S.A.Weran).
b. TERJADI INTERNALISASI NILAI ISLAM
SECARA KAFFAH (MENYELURUH)
Dalam rumah tangga islami segala
adab-adab islam dipelajari dan dipraktekan sebagai filter bagi penyakit moral
di era globalisasi ini. Suami bertanggung jawab terhadap perkembangan
pengetahuan keislaman dari istri, dan bersama-sama menyusun program bagi
pendidikan anakanaknya. Saling tolong-menolong dan saling mengingatkan untuk
meningkatkan kefahaman dan praktek ibadah. Oleh sebab itu suami dan istri
seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang Islam.
c. TERDAPAT QUDWAH (KETELADANAN)
QUDWAH (KETELADANAN) SUAMI ATAU ISTRI YANG DAPAT DICONTOH OLEH ANAK-ANAK
Setiap hendak keluar atau masuk
rumah anggota keluarga membiasakan mengucapkan salam dan mencium tangan,
merupakan contoh yang akan membekas pada anak-anak sehingga mereka tidak
canggung mengucapkan salam ketika telah dewasa. Bagaimana mungkin anak akan
menegakkan sholat diawal waktu, sementara orang tuanya asik melihat TV pada
saat azan berkumandang (ini contoh yang buruk).
Keluarga islami merupakan contoh
teladan di lingkungannya, selalu nilainilai positif saja yang terlontar dari
para tetangganya bila membicarakan rumah tangga ini. Hal ini bisa terjadi bila
adanya contoh-contoh yang islami dilakukan serta silaturahmi ke tetangga yang
intensif.
d. ADANYA PEMBAGIAN TUGAS YANG
SESUAI DENGAN SYARIAT
Islam memberikan hak dan kewajiban
masing-masing bagi anggota keluarga secara tepat dan manusiawi. Seperti yang
tercantumkan dalam Firman Allah:
"Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari
sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa
yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang
mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. 4:32).
Suami atau istri harus faham apa
kewajiban dan haq nya, sehingga tidak terjadi pertengkaran karena masing-masing
hanya menuntut haknya terpenuhi tanpa melakukan kewajibannya. Islam telah
mengatur keseimbangan haq dan kewajiban ini, apa yang menjadi kewajiban suami
adalah haq istri, dan begitu pula sebaliknya. Kewajiban suami tidak bias
dilakukan secara optimal oleh istri, begitu pula sebaliknya.
e. TERCUKUPNYA KEBUTUHAN MATERI
SECARA WAJAR
Suami harus membiayai kelangsungan
kebutuhan materi keluarganya, karena itu salah satu tugas utamanya. Seperti
yang tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah 233:...... Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf.
f.
MENGHINDARI HAL-HAL YANG TIDAK ISLAMI
Banyak kegiatan atau barang-barang
yang tidak islami harus disingkirkan dari dalam rumah, misalnya penghormatan
kepada benda-benda keramat, memajang patung-patung, memasukkan ke rumah
majalah/koran/Video atau saluran internet dan TV (ini yang susah) yang tidak
islami, bergambar mesum dan adegan kekerasan, memperdengarkan lagu-lagu yang
tidak menambah keimanan.
G. BERPERAN DALAM PEMBINAAN
MASYARAKAT
Keluarga islami harus memberikan
kontribusi yang cukup bagi perbaikan masyarakat sekitarnya :"Serulah
(manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang
lebih mengetahui orang-orangyang mendapat petunjuk." (QS. 16:125)
Kita tidak bisa hidup sendirian
terpisah dari masyarakat. Betapapun taatnya keluarga tersebut terhadap
norma-norma ilahiyah, apabila sekitar lingkungannya tidak mendukung, pelarutan
nilai akan lebih mudah terjadi, terutama pada anak-anak.
Oleh sebab itu setiap anggota
keluarga islami diharuskan memiliki semangat berdawah yang tinggi, sesuai
dengan profesi utama setiap muslim adalah dai. Suami harus dapat mengatur waktu
yang seimbangan untuk Allah S.W.T (ibadah ritual), untuk Keluarga (mendidik
keluarga serta bercengkrama bersama istri dan anak-anak), waktu untuk ummat
(mengisi ceramah, mendatangi pengajian, menjadi pengurus mesjid, panitia
kegiatan keislaman) dan waktu mencari nafkah. Begitu pula dengan istri harus
diberi kesempatan untuk bekiprah di jalan dawah ini memperbaiki muslimah
disekitarnya.
Bila pemahaman keislaman antara
suami dan istri sekufu, maka tenaga untuk melakukan manuver dawah keluar akan
lebih banyak, karena suami tidak perlu menyediakan waktu yang terlalu banyak
untuk mengajari istrinya. Begitu pula istri mendukung dan memperlancar tugas
suami dengan ikhlas.
"Dan orang-orang yang berkata:
"Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan
kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang
yang bertaqwa." (QS. 25:74)
Kita dapat membaca sebagai referensi
rumah tangga islami yang telah dicontohkan oleh Rosul S.A.W dan para
sahabatnya.
Masih banyak yang harus kita
pelajari !
Sekian dulu, semoga ada manfaatnya
terutama buat diri saya yang lemah ini.
Kalau ada kata yang salah, mohon di
maafkan
Tulisan
ini diposkan oleh: Najmal Falah
Nomer
telepon : 081555906438
Tanggal,
Bulan, Tahun : 6/5/2015
Alamat : Sumber Nanas Gedangan Malang
No comments:
Post a Comment